Jumat, 28 Maret 2014

Tidak Pakai Narkoba Tapi Kena Getahnya



Berwisata baik dalam negeri maupun luar negeri selalu menjadi impian banyak orang. Untuk sekedar melepas kepenatan dari aktivitas kerja yang terus menerus ataupu hanya sekedar biar bisa kumpul bareng teman-teman. Semua dilakukan dengan hati senang.
Tentu saja unntuk berwisata dengan low budget kita harus menjadi seorang backpackeran saat menikmati setiap perjalanan atau dengan istilah yang sudah sering didengar diantara teman jalan dengan sebutan share cost. Ini meringankan aku dan teman-teman untuk dana yang akan dikeluarkan, terkecuali memang ingin santai dan tak mau repot-repot semuanya bisa diserahlan oleh agen perjalanan atau EO yang mengadakan.
Kejadian ini telah berlangsung beberapa tahun ke belakang sebenarnya, saat saya dan teman-teman percaya dengan satu teman untuk pergi ke sebuah tempat diluar Indonesia. Sekitar Tahun 2003 kejadian ini berlangsung, bukan untuk dilupakan tapi menjadi sebuah pelajaran dalam hidup yang saya jalani.

Kita semua bisa berteman dengan siapa saja, tidak melihat apapun kalau sudah akan melakukan perjalan yang penting satu tujuan, kita akan berangkat bersama-sama. Sebut saja namanya MI, dia adalah teman dari sahabat saya. MI yang bermula mengajak untuk melakukan perjalanan jauh, bukan hanya seputar teman-teman dekat saja yang akan ikut, tapi teman-teman yang berada di luar pulau Jawa pun akan ikut serta, antara lain Padang, Palembang, Bandung, Menado dan dari Jawa Tengah pun banyak yang ikut serta. Uang pun tidak sedikit dikumpulkan. Sebenarnya kalau boleh jujur, saya tidak dizinkan untuk pergi oleh orang tua, hanya ayah yang melarang sedangkan mamah sendiri mengizinkan dengan doa asal selamat selama perjalanan.
Saya tidak menggubris nasehat ayah, sekali ingin pergi ya harus pergi tanpa berfikir panjang, toh MI ini sudah bolak balik ke tempat yang sama, jadi apa yang mau diragukan lagi. Di keluarga yang ikut hanya saya sendiri. Teman-teman yang ikut dalam rombongan ini ada yang adik kakak sebut saja namanya EG dan BE dan malah ada yang ikut barengan satu keluarga empat orang dan berasal dari Bandung juga. Ada juga seorang model iklan sebut saja namanya BE. Semua kurang lebih 20 orang yang akan pergi. Surat-surat kelengkapan semua telah diurus, tinggal nunggu proses final saja.

Tumpukan-tumpukan pakaian dan keperluan sudah memenuhi isi koper, bayangan –bayangan indah pemandangan di sana seperti sudah ada di depan mata. Sebelum pemberangkatan kita stanby di Jakarta terlebih dahulu selama kurang lebih seminggu, MI yang menyediakan tempat. Ada satu kejadian dimana dari ke 20 orang itu hanya 7 orang yang di ajak pergi untuk berlibur ke Taman Impian Jaya Ancol. Saya seeh saat itu berfikir senang-senang aja, toh Cuma sekedar berenang, tapi kalau saya hanya menimati suasananya saja tanpa berenang karena masih ketakutan akan dalamnya air.
Ada sesuatu bungkusan yang dititipkan MI ke saya, sebuah bungkusan plastik obat-obatan dan isinya serbuk putih. Deg! Saya tahu ini adalah narkoba, sepertinya yang dititipkan itu jenis kokain bubuk.
Saya tahu karena saat SMU dulu diajak orang tua untuk melihat pameran Pembangunan Daerah yang selalu diadakan setiap tahun dan saat itu kebetulan pernah melihat-lihat juga di stand kepolisian jenis-jenis narkoba berikut contoh barangnya.

Masih berpikir logis saat itu, tapi ga bisa menolak. Akhirnya saya terima saja dan saya tahu ini akan beresiko kalau ada pemeriksaan dadakan dari aparat kepolisia dan akhirnya saya titipkan lagi ke teman yang saat itu tidak ikut berenang juga sebut saja namanya YN.
Ada tiga orang yang tidak berenang saat itu, sebenarnya saya deg-degan juga takut apa yang saya pikirkan terjadi. Ahamdulillah saat menjelang sore, baru kita pada pulang tepatnya di sekitar Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

Magrib sudah berada di rumah lagi, dan ternyata YN pun tahu  bahwa itu memang narkoba. Ternyata barang yang dititipkan tadi tidak ditanyakan langsung saat sampai di rumah oleh MI. Tau gitu bisa aja kita buang, tapi dari pada cari masalah sama YN barang itu langsung aja diberikan ke MI.
Menjelang hari H-3, kita tidak diberi kabar apa-apa oleh MI, semua tampak gelisah sampai akhirnya hari H pun tiba, MI tak kelihatan batang hidungnya. Upaya dilakukan dengan menelpon nomor Hpnya bahkan ada beberapa teman yang tahu tempat tinggalnya di Kompleks Margonda Depok tepatnya Pesona Khayangan, tak ada juga kabar dari keluarga.

Ini bukan main-main lagi, berapa puluh juta uang yang terkumpul dari kami semua saat itu. Mau tidak mau saya tetap harus jujur sama orang tua. Penyesalan tak akan datang diawal, apa boleh buat peribahasa pun mengatakan nasi sudah menjadi bubur. Semua menjadi gelisah tanpa penjelasan apa-apa. Upaya-upaya pun dilakukan, akhirnya semua terjawab sudah MI ditangkap dan masuk ke Polsek Cisarua Bogor, saat itu yang menjadi kanitserse adalah Bapak Wawan. Saat dapat kabar dari teman, saya sudah ada di Bandung dan ingin rasanya langsung menemuinya. Ini gila, temannya bahkan yang lain dan bahkan sahabatnya sendiri yang dulu pernah dia ikut numpang tinggal saat masih sekolah di Bandung, dia tipu juga. Satu mobil berangkat dari Bandung, sesampainya di Cisarua kami bertemu dengan Kanitsersenya, berbincang-bincang sebentar dan menemuinya. Dengan wajah polos seolah-olah tanpa kesalahan, uangnya sebagian sepertinya habis dibelikan Narkoba itu sendiri. Ayahnya teman ikut datang ke sana, amarah itu pasti ada kalau saja tak ingat dosa, rasanya ingin mematahkan tangannya saat salaman lihat dia dalam jeruji besi itu.

Suasana di dalam polsek ada dua jeruji besi yang salin berhadapan dan dalam satu sel terlihat beberapa orang. Sebrang selnya MI ada beberapa anak muda dengan wajahnya yang masih berseri-seri dan tampak seperi mahasiswa. Melihat atau tidak kedatangan kita tetap akan dengan jelas terlihat. Sel sebrangnya MI ada beberapa orang memanggil-manggil kami.  Akhirnya saya dan 2 teman menghampirinya, anak muda itu langsung menyapa kami
“Itu dosennya ya.” Dari tadi kok banyak yang nengok dia
Hah! Dosen? Dalam hati saya berguman, usia saya dan teman-teman yang ikut termasuk MI terpaut tak terlalu jauh, paling selisih 1-2 tahunan.
“Dia itu penipu” teman saya menjawab.
“Kenapa kok bisa ada di sini”
Dengan entengnya menjawab...”biasa ketangkap saat jual daun surga”
Lagi-lagi karena narkoba juga bisa merugikan dirinya sendiri dan harus berada di sel.
Akhirnya waktu kunjungan pun selesai dan selanjutnya proses hukum pengadilan.
Saya dan beberaa teman yang ada di Bandung memutuskan untuk tidak mengikuti jalannya sidang. Saya sudah ikhlaskan semua, dan ambil semua hikmah dari yang terjadi ini.


 Tulisan ini saya buat dalam partisipasi saya untuk Indonesia Bergegas dan membantu BNN juga agar jangan sampai ada korban-korban lagi dari Narkoba. Tetap jadikan Tahun 2014 menjadi Tahun Penyelamatan Bagi Pengguna Narkoba.[]FR

2 komentar:

  1. wiih Seru, ternyata ini cerita yang diceritan kemarin itu... parahnya uang hasil beli narkoba hasil ngembat dut orang2 termasuk Fitri...

    BalasHapus