Credit foto by Oke Zone |
Saat cukai rokok naik dampak bagi keluarga. Sudah sejak dulu menjadi perokok pasif selalu saja menghirup asap rokok baik dari lingkungan kerja ataupun keluarga. Sempat khawatir juga sih tapi alhamdulillah setelah dicek di RS Persahabatan kondisi tubuh alhamdulillah masih sehat dan aman. Semoga diri ini selalu diberi kesehatan aamiin. Lingkungan kerja saat dulu hampir 90% adalah perokok. Bisa dibilang tiada hari tanpa rokok orang-orang di sekeliling. Suasana kantor tidak selalu sama orang-orang yang dulu sebagian sudah resign tapi silaturahmi masih tetap dijaga. Suatu hari kita kumpul bareng reunian ceritanya neeh sekedar ngopi-ngopi cantik di wilayah Jalan Sudirman, nyonyore dan tak terasa obrolan panjang kali lebar tetap aja diselingi oleh beberapa batang rokok yang dihisap.
Semua pada merokok kecuali saya jadinya sih suka dibecandain.
"Rokok Fit!"
"Ngga, makasih"
"Ah loe ya dari dulu sampai sekarang ga ada kemajuan."
"Hahaha kagaklah kalau untuk urusan rokok."
Memang susah kayanya melihat situasi dan kondisi untuk berhenti merokok dan menstop orang-orang terdekat biar ngga merokok lagi. Semua harus tergantung niat dalam dirinya sendiri. Dalam keluarga apalagi mempunyai adik-adik cowok sudah dibilangin dari A sampai Z tetep aja sulit.
Awal Tahun 2020 pemerintah akan menerapkan kenaikan cukai rokok tapi tidak secara langsung melainkan bertahap. Entah kapan harga rokok di Indonesia bisa mencapai 70 ribu perbungkus. Kenaikannya bertahap tapi para perokok tetap saja merajalela.
Suka dapat broadcast dari phone seluler mengenai harga-harga rokok akan mengalami kenaikan.
Tapi kenyataan di lapangan masih saja ada rokok kretek harganya masih miring jadi setelah disurvei para perokok mereka rela beralih merk rokok yang penting tetap asap ngepul.
Kita semua tahu hampir semua lapisan masyarakat merasakan efek dari pandemi yang sekarang masih ada yang disebabkan oleh virus Corona. Namanya penyakit kan tidak pandang bulu makanya masyarakat dituntut untuk menjaga kesehatannya. Mulailah dari diri sendiri. Merokok ini bisa menyebabkan penyakit menular dan tidak menular. Jadi sebaiknya memang harus dihindari.
Mirisnya iklan-iklan rokok masih aja terpampang jelas apalagi iklan rokok-rokok baru yang ada dispanduk toko-toko. Di TV iklannya mulai disamarkan ga terlalu vulgar kaya dulu.
Pandemi menyebabkan semua pendapatan menurun secara drastis, jadi harus pintar-pintar membagi keuangan terutama keuangan dalam keluarga.
Seperti yang di ungakapkan oleh Prof. Hasbullah Thabrani (Ketua Umum Komnas Pengendalian Tembakau) dalam Program Ruang Publik KBR pada tanggal 29 Juli 2020 dengan tema talkshow "Mengapa Cukai Rokok Harus Naik Saat Pandemi?"
" Jangan mengeluh dengan kondisi ini, karena ini cobaan semua dan jangan sampai pendapan 50 ribu, 20 ribu buat beli rokok."
Plak ! merasa tertampar neeh, emang betul kenyataannya seperti itu sih, susah memang untuk menstop rokok dalam keluarga sendiri.
Ayahnya berhenti merokok kecuali kalau sakit saja, sembuh sedikit tetap kebiasaan lama kambuh lagi lanjut merokok. Sebagai ibu rumah tangga ngomel-ngomel setiap hari cape juga jadinya untuk urusan rokok ini. Sudah dibilang berkali-kali juga tetap aja banyak alasan, katanya kalau di luar ga merokok kaya ada yang hilang dan membosankan.
Talk Show Ruang Publik KBR |
Yang hadir di Talk Show bukan hanya Prof . Hasbullah Thabrany, ada Renny Nurhasana ( Dosen dan Peneliti Sekolah Kajian Stratejik dan Global UI).
Masalah rokok memang jadi PR besar buat ibu rumah tangga. Sampai ada kata - kata "lebih mementingkan merokok daripada pendidikan" ungkap Renny hasil dari curhatan para ibu.
Dimasa Pandemik memang pemerintah gencar-gencarnya membagikan paket sembako maupun dana tunai tapi ini semua harus digaris bawahi benar ngga sudah tepat sasarannya.
"Pemerintah harus melakukan review pengaturan bantuan sosial dan harus atau penting mendenormalisasi keluarga yang bebas rokok , tinggal keberanian pemerintah saja." Ungkap Renny
Semoga pemerintah bisa menstop para perokok secara bertahap apapun caranya harus ada ketegasan. Apalagi para perokok aktif sudah dilakukan oleh anak-anak yang masih sekolah sangat miris melihatnya karena kurang pantauan orang tua. Setuju sekali neeh kalau harga rokok semahal mungkin, biar perlahan tidak membeli rokok lagi jadi udah aja #putusinaja merokok.
"Saya sudah berbagi pengalaman pribadi untuk #putusinaja hubungan dengan rokok atau dorongan kepada pemerintah untuk #putusinaja kebijakan pengendalian tembakau yang ketat. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog serial #putusinaja yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Indonesian Social Bloggerpreneur ISB. Yuk ikutan lombanya tinggal klik di sini !