Malam itu pesta selesai, semuanya telah berlalu. Sani dan Bintang,
berjalan bersamaan. Jalanan Kota Bandung sangat sepi saat itu, udara dingin
masih saja menyelinap masuk disela-sela jaket yang sudah kami kenakan. Waktu
terus berjalan, Bintang pun memutuskan untuk menginap di rumah Sani. Tempat
pesta dan rumah Bintang cukup jauh, kalau ditempuh menghabiskan kira-kira 3 jam
perjalanan.
Orang tua kedua belah pihak sudah saling mengetahui, jadi
persahabatan mereka lebih kearah kekeluargaan dan sudah menganggap satu sama
lain seperti saudara. kami berdua menyempatkan diri untuk mampir sebentar ke
warung tenda, dimana roti panggang dan pisang keju yang tersedia di sana cukup
banyak dinikmati. Antrian pun silih berganti, semua saling bergantian antara
pendatang dan orang-orang yang baru selesai menikmati hidangan di sana. Bukan
masalah isi perut saat berada di sini, kami ingin mengingat masa-masa dulu,
saat masih nonton konser tempat ini yang dijadikan Bintang dan teman-teman
untuk berkumpul. Lelehan susu diatas tumpukan keju yang tebal disajikan bersama
pisang yang tersaji utuh dipiring. Memainkan garpu dan pisau, satu persatu
makanan itu sampai juga dimulut. Setelah Percakapan dirasa cukup, bahkan
makanan yang tersaji di piring masih tersisa, kami memutuskan untuk langsung
menuju rumah Sani.
Mobilpun melaju dengan lancar, sesampainya di rumah, semua
penghuni telah tertidur lelap, pintu pagar dibuka perlahan, dan saat masuk
ruangan tamu dalam keadaan gelap. Dengan perlahan-lahan berjalan, akhirnya kami
menuju ruangan di lantai dua. Bintang pun tidur terpisah di kamar yang telah di
sediakan. Beres-beres sebentar, karena besok masih ada acara lagi jadi semuanya
dipersiapkan dengan baik isi dalam tas. Selesai bersih-bersih badan, tiba-tiba
kamar di ketuk.
kagetnya minta ampun, saat itu Sani tiba-tiba merangkul badan
aku dan hampir terjatuh.
“Maafkan aku, ada yang mau diceritakan sama kamu.” Sani
berkata masih dalam isak tangisnya.
“Hei, kenapa ini, ada apa? kok tiba-tiba begini, tadi kita
masih baik-baik saja.”
Mencoba menenangkan, saat tubuh Sani masih dalam dekapan
tubuh sahabatnya.
Pelan-pelan berjalan, keduanya duduk menuju tempat tidur.
Setelah Sani duduk, Bintang pun bergegas menuju meja, dan
diambilnya segelas air putih.
“Ini minum dulu!, tenangkan dulu …tariik nafas perlahan, baru
kamu boleh cerita.” ucap Bintang sambil memberikan segelas minuman.
” Aku, mau buat pengakuan neeh ma kamu, hampir seminggu ini
selalu pulang pagi dan menangis saatnya shubuh tiba.” ucap Sani.
“Trus masalahnya tuh apa? ”
“Tiap malam, sepulang ngantor…ke rumah hanya sebagai tempat
transit aja, aku ga betah berada di rumah ini, dan langsung pergi ke
tempat-tempat hiburan.”
Sontak aja Bintang kaget, soalnya belum pernah sahabatnya
seperti ini tapi masih saja berusaha untuk bijaksana dalam bersikap.
“Aakuu…sudah berapa uang yang aku habiskan tiap malam, hanya untuk
makanan dan minum-minum di sana dan aku sudah tak pedulikan semua.”
Bintang memahami, kenapa sahabatnya jadi seperti ini. kalau
dipikir, dalam hidup Sani tak ada kekurangan apapun, materi berlimpah,
kakak-kakanya pun hidup sukses dan maju. Yang paling disayangkan cuma satu,
antar saudara seperti orang lain, mereka tak saling peduli satu sama lain. Ayah
dan ibunya juga yang terlalu sibuk ngurusin pekerjaan, apalagi kalau bukan demi
karier.
Beruntung hidup Bintang walau dikata sederhana, keluarga satu
sama lain bersatu dan saling menyayangi.
“Aku sadar, bila saat shubuh tiba, aku pun menangis
menghadapNya, tapi itu cuma sesaat … besoknya masih tetap pergi ke cafe-cefe.”
kata Sani.
“Trus, kamu tuh dapat apa…tetep aja kan suasana di rumah tak
berubah.” Bintag berkata.
Suasana pun larut dalam kesedihan, apa yang dialami Sani bisa
Bintang rasakan. Akhirnya Sani tertidur di kamar Bintang.
Adzan shubuh pun berkumandang, saat terlihat wajah Sani masih
tertidur lelap. Sudah menjadi kebiasaan, saat berada di rumah orang, harus
menjadi orang yang pertama ke kamar mandi dan siap-siap mandi saat diluar
langit masih gelap.
Saat mau menjalankan kewajiban, menghadapNya, Sani sudah
terbangun dan kami sholat berbarengan.
Rupanya cerita tidak berhenti sampai semalam, dengan posisi
seperti bersimpuh, tangan Sani tepat berada di atas paha.
“Bin…Bintang, kamu jangan marah yah, ada satu yang
disembunyikan lagi dari kamu.” ucap Sani menatap Bintang.
“Aku make sudah sebulan ini.”
” OMG! hanya satu kata yang terucap dari mulut Bintang, kaget
tapi Bintang tetap tak bisa marah.
” Hanya ini untuk mengusir kesepian aku.” saat satu bungkus
putih bubuk halus dikeluarkan oleh Sani.
Deg! dari awal sudah menduga ada yang tidak beres dalam diri
sahabatnya ini, dan sekarang baru terungkap.
Sani mulai menggunakan psikotropika jenis Shabu-shabu. Dalam
pengakuannya baru sebulan ini dia kecanduan.
Masih dalam bimbingan Bintang, Sani pelan-pelan dikasih
nasehat dengan tidak langsung menyalahkan apa yang telah diperbuatnya.
Bintang pun merahasiakan semua ini dari keluarga Sani, bukan
tanpa alasan. Bila semuanya tahu akan berdampak lebih buruk lagi terhadap Sani.
Sebagai sahabat Bintang tidak berhasil
mencegah sahabatnya dari jeratan Narkoba itu semua terjadi diluar
pengetahuannya. Sekarang yang dilakukan Bintang bagaimana caranya menyelematkan
Sani sebagai pengguna Narkoba. Dengan sabar Bintang setiap waktu selalu berada
untuknya, baik secara offlne dengan komunikasi dengannya atau langsung bertemu
saat keduanya weekend tiba.
Sahabat yang selalu ada untuk kawannya, Bintang
masih tetap setia menemani Sani dalam masa-masa untuk melepaskan diri dari
kebiasaan buruknya. Perlahan namun pasti, akhirnya Bintang berhasil membantu
Sani dari kebiasaan buruknya tersebut. Sahabat selalu ada dalam keadaan suka
maupun duka, bukan hanya dalam kesenangan belaka.
Akhirnya persahabatan mereka masih baik terjalin, walau pun
kini mereka berada di dua pulau yang berbeda. Upaya pencegahan dan penyelamatan
narkoba bisa kita lakukan kepada siapa saja, terutama orang terdekat, yaitu
sahabat. Sejauh ini Sani masih beruntung tidak pernah berurusan dengan hukum.
Sebagai Sahabat Bintang hanya mengingatkan Sani, bila belum bisa berhenti
sebaiknya direhabilitasi daripada nanti apa lacur saat memakainya tertangkap
aparatur negara dan harus mendekam di penjara. Sebenarnya pengguna narkoba
lebih baik di rehabilitasi daripada di Penjara. Di Tahun 2014 ini mari
sama-sama menjadikan Indonesia sebagai Tahun Penyelamatan Pengguna Narkoba,
ucap Bintang.[]
like it
BalasHapusYah begitulah seharusnya sahabat :D
BalasHapus