Alfira Oktaviani, Pelestari kain kayu lantung Bengkulu. Setiap hari kita dihadapkan dengan kebutuhan yang tak akan pernah berhenti mulai dari sandang, pangan dan papan yang biasa disebut dengan kebutuhan pokok ( primer ) manusia. Semua setidaknya harus terpenuhi untuk keberlangsungan agar bisa bertahan hidup. kebutuhan primer yang akan kita bahas sekarang hanya kebutuhan sandang saja.
Sandang secara bahasa menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang artinya "bahan pakaian". kita semua tahu pakaian ini yang dibutuhkan manusia sehari-hari. Coba bayangkan manusia tanpa pakaian padahal kita dikenal dengan sebutan makhluk sosial. Bermacam-macam pakaian yang dikenakan oleh orang-orang saat bertemu dengan siapa saja dan dimana saja. Pakaian ada yang berasal dari bahan sintetis (buatan ) atau bahan organik (alami). Yang sering kita temui bahan kain alami yang sudah dikenal oleh banyak orang adalah kain serat sutra, serat kapas, serat wol,serat goni dan lain sebagainya. Ternyata tak hanya itu saja membuat kain pun bisa berbahan dari kayu, contohnya kulit kayu lantung yang berasal dari pohon lantung ( Artocarpus Elasticus). Pohon ini sejenis pohon bergetah yang merupakan pohon endemik di hutan kawasan Sumatera termasuk Bengkulu.
Ternyata kulit kayu lantung ini dijadikan kerajinan khas Bengkulu yang dibuat oleh-oleh. Tapi penggunaanya dalam skala kecil berupa gantungan kunci ataupun pernak pernik. Kain lantung ini ternyata tidak familiar di telinga masyarakat luas meskipun telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementrian Pendidikan Kebudayaan RI pada tahun 2015.
Ada anak bangsa yang ingin melestarikan kain kulit Lantung ini yakni Alfira Oktaviani dengan tujuan yang mulia ingin mengenalkan kain kayu lantung ini kepada masyarakat sekitar khususnya dan masyarakat luas umumnya. Siapakah Alfira Oktaviani?
Mengenal sosok Alfira Oktaviani
Alfira Oktaviani, seorang mompreneur (wirausaha dan juga ibu rumah tangga) berdarah Bengkulu yang memiliki minat dibidang fashion dan seni. Perempuan lulusan sarjana Apoteker Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta yang kecintaannya pada fesyen dan seni ini mendorongnya untuk belajar Ecoprint yang masuk ke Indonesia pada tahun 2016. Ecoprint sendiri adalah teknik mencetak kain alami yang cukup sederhana namun dapat menghasilkan motif yang unik dan otentik. Prinsip pembuatannya adalah, melalui kontak langsung antara daun, bunga, batang atau bagian tubuh lain yang mengandung pigmen warna dengan media kain tertentu. Alfira Oktaviani dengan tekad yang kuat akhirnya pada tahun 2018 mendirikan Semiliar Ecoprint. Lewat Semilar Ecoprint ini Alfira ingin menciptakan fashion yang ramah lingkungan tidak hanya itu saja dia ingin memperkenalkan fashion lokal yang bisa sampai Mancanegara. Ecoprint-nya Fira panggilan akrabnya pada akhirnya bisa Go International. Semiliar Ecoprint dalam memasuki pangsa pasar mancanegara tak lupa memberdayakan masyarakat sekitar.
Cerita dibalik SEMILIR ECOPRINT
Semilar Ecoprint didirikan Fira tahun 2018 di kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk memulai bisnis ecoprint ini awalnya hanya bermodalkan uang 500 ribu saja. Tujuannya saat itu hanya satu ingin mengenalkan budaya fashion berkelanjutan yang ramah lingkungan. Dari alam dan kembali ke alam. Mungkin hanya orang-orang tertentu saja atau orang yang fanatik yang akan selalu menggunakan bahan-bahan alami. Sebagian pasti berfikir, kesannya mungkin kalau sesuatu yang kembali ke alam akan terkesan kuno. Eits jangan salah lho zaman sekarang barang-barang atau fashion yang dari bahan-bahan alami mempunyai keunikan tersendiri bahkan harganya jauh bisa lebih tinggi dari biasanya mengingat semua dilakukan dengan manual dan memakan waktu yang cukup lama dalam pembuatannya.
Nama Semilir ternyata diambil dari bahasa Jawa "Silir" yang artinya angin yang menyejukkan. Filosofi ini dituangkan saat proses pembuatannya. Pembuatan produk Semilir Ecoprint sangat memperhatikan kelestarian lingkungan dan juga memberdayakan masyarakat sekitar.
Bahan-bahan alam yang digunakan |
Produk semiliar yang ramah lingkungan tentu saja menggunakan bahan-bahan alami, pengerjaanya pun dibantu oleh ibu-ibu sekitar yang menjadi pengrajin ecoprint. Motif dedaunan merupakan ciri khas dari Semiliar Ecoprint yang mengusung sustainability (berkelanjutan). Kain yang digunakan pun beraneka ragam mulai dari bahan katun, sutra, linen, atau kain-kain berbasis alam yang mudah menyerap pewarna alam.
Alfira Oktaviani Pelestari kain kayu lantung ecoprint. Tidaklah mudah membuat ecoprint dari kain kayu lantung ini. Walaupun sama-sama berbahan alami tetap saja pembuatannya membutuhkan proses yang mengalami trial and error cukup lama. Proses pewarnaannya sendiri memerlukan waktu yang lama, pencelupan pun dilakukan 5-10 kali. Proses ini dilakukan atas pengarahan Nadim BBPKB Kemenperin yang merujuk katalog pewarna alam.
Ciri khas Semilir kan dedaunan, di sini Fira memanfaatkan sampah daun-daun tua dan bunga- bunga yang berguguran diaturnya sehingga membuat pola dan terbentuk seperti aslinya. Mulai dari kain digulung , diikat kemudian dikukus. Semua yang dilakukan tidak ada yang percuma apalagi semua dilakukan dengan cinta, ya cinta pada bumi dan memanfaatkan hasil bumi yang ada. Semua dilakukan dengan matang. Proses yang lama ternyata tidak mengkhianti hasil. kain lantung ini sudah bisa go International. Akhirnya Fira berupaya mencari informasi mengenai pengrajin kulit kayu lantung di Bengkulu. Alfira Oktaviani tidak hanya ingin menjadi penyuplai bahan baku untuk produknya, tapi keinginannya juga untuk memperkenalkan lebih jauh mengenai sejarah dan produksi kain lantung Bengkulu. Mencari pengrajin di Bengkulu ternyata tidaklah mudah dengan menempuh perjalanan 250 kilometer atau tujuh jam dari kota Bengkulu. Akhirnya Alfira Oktaviani bertemu para pengrajin kain kayu lantung di sana. Saat di sana, Alfira belajar bagaimana cara membuat kain kayu lantung. Ini adalah sebuah tantangan baginya. Ternyata desa terpencil tersebut seluruh penduduknya menggantungkan ekonomi mereka dari memproduksi kayu lantung. Bapak-bapak di sana mencari kulitnya, sedangkan ibu-ibu yang memproses menjadi kain lantung.
Semilir tidak hanya menghasilkan produk fashion yang ramah lingkungan, tujuan yang lainnya ingin mempromosikan kebudayaan Indonesia lewat produk-produknya.
Kain lantung by Semilir Ecoprint |
Produk semilir tidak hanya pakaian saja ada juga kain Semilir, Tas, Dompet, Outer, Scraft , sajadah dan yang terbaru adalah masker. Segmen pasar yang dituju adalah menengah ke atas, dengan sasaran wanita usia 20-60 tahun yang hidup di kota-kota besar yang menyukai produk lokal,handmade, dan ramah lingkungan. Yang secara tidak langsung pengguna semilir bisa menikmati suasana alam di perkotaan dengan menggunakan produknya.
Siapa yang tak kenal barang- barang handmade. Barang yang punya keunikan tersendiri dan ciri khas tertentu. Jujur saya juga pecinta barang -barang handmade, untuk harga biasanya berbeda dengan barang pabrikan, tapi ada kepuasan tersendiri dalam hati saat bisa membeli barang handmade apalagi secara tidak langsung kita bisa ikut berpartisipasi dalam memajukan produk-produk lokal.
Semilir Ecoprint, Fashion Ramah Lingkungan
Semilir Ecoprint milik Alfira Oktaviani ini merupakan sebuah bisnis yang bergerak dibidang eco fashion yang bertemakan ecoprint yang mengusung konsep ethical fashion dengan teknik ecoprint. Semilir menjadi salah satu alternatif fashion yang ramah lingkungan, dengan proses pewarnaan menggunakan dedaunan asli alam Indonesia.
Tas kain kulit lantung by Semilir |
Perjalanan bisnisnya yang dimulai pada tahun 2018 pun terus berkembang dan sudah bisa merekrut karyawan di akhir tahun 2018. Orang-orang disekitarpun mulai dilibatkan, para tetangga, ibu-ibu rumah tangga semua turut serta dalam produksinya.
Proses pembuatan kain kayu lantung |
Prosesnya tidak mudah, setelah pohon yang ditebang dikuliti, kulit kayu dibuka dan dikelupas dari inti batang kayu untuk mendapatkan lembaran kulit kayu yang basah dan bergetah. Kemudian, dilakukan proses pemipihan, yakni pemukulan kulit kayu lantung menjadi lembaran yang dilakukan oleh beberapa ibu-ibu di desa tersebut. Pemipihan pun masih dilakukan secara tradisional, dipukul dengan alat bernama perikai. Perikai merupakan sejenis alat pukul keras dengan ukuran panjang dan besarnya 40x10 cm. Alas yang digunakan adalah kayu balok yang terbuat dari kayu gadis.Proses ini dilakukan hingga lebar kulit kayu menjadi 1 meter. Selama proses ini, warna kulit kayu akan berubah menjadi kecoklatan yang disebabkan oleh warna dari getah pohon terap yang sudah mengering.
Penebangan pohon yang dilakukan di hutan kalau dibiarkan akan menjadi bencana. Akhirnya Fira dibantu oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Bengkulu untuk memberikan sosialisasi mengenai keberlanjutan dan pelestarian alam.
Melalui audiensi dengan berbagai pihak, Semilir pun dapat bekerja sama dengan DLHK Bengkulu. Disediakannya lahan dan pasokan bibit pohon terap secara gratis untuk para pengrajin di Desa Papahan. Karena tidak mungkin dibantu lewat pendanaan yang akan membutuhkan pengawasan lebih untuk penggunaan dana tersebut.
Semilir ecoprint, fashion ramah lingkungan untuk memajukan bisnisnya mulai mengikuti pameran mikro usaha kecil dan menengah (UMKM) dan fashion show, tak hanya itu saja Semilir juga mengadakan workshop secara rutin. Workshop terbesar yang pernah dilakukan Semilir adalah membina para pemuda karang taruna di Desa Banaran, Kabupaten Gunung Kidul.
Bekerjasama dengan Hutan Pendidikan Wanagama Universitas Gadjah Mada (UGM), ada sekitar 5 orang ibu-ibu pengrajin Semilir yang mengajarkan para pemuda di desa lokasi hutan tersebut untuk membuat ecoprint yang kemudian menjadi tempat produksi oleh-oleh khas Fakultas Kehutanan UGM. Semua dilakukan agar bisa tetep membantu para pengrajin kain kulit kayu lantung.
Penerima Apresiasi Satu Indonesia Awards 2022
Penerima Apresiasi Satu Indonesia Awards 2022. Alfira Oktaviani adalah salah satu penerima awards dari ajang bergengsi PT. ASTRA International Tbk di tahun 2022 dalam bidang kewirausahaan.
Dengan brand Semilir yang mengusung go green yang memproduksi kain kayu lantung dan menggunakan pewarna alami yang berasal dari alam sangat tepat kalau menjadi salah satu penerima Apresiasi Satu Indonesia Awards. Melalui produknya Alfira ingin menunjukan bagaimana cara melestarilan alam dan budaya. Sebagai pelestari bahan kain lantung Bengkulu Alfira menginginkan semuanya berkelanjutan. Ingin menunjukan pada masyarakat luas pesonanya kain lantung.