Tim Terios 7 Wonders yang dikenal dengan sebutan
“Sahabat Petualang Sejati” kali ini akan menjelajah wilayah Sumatera yang
bertemakan “Sumatera Cofee Paradise”. Bangga bila kita adalah salah satu dari
Sahabat Petualang ini. Perjalanan jelajah Sumatera ini dilakukan selama 15 hari,
mulai tanggal 11-25 Oktober 2012.
Tim Terios 7 Wonders kali ini akan mengunjungi 7
Spot yang terkenal di Sumatera. Wisata Kuliner kopi tepatnya dan wilayah yang
akan didatangi diantaranya ; Kopi Liwa (Liwa Danau Ranau). Kopi Lahat (Lahat),
Kopi Pagar Alam (Pagar Alam), Kopi Empat Lawang (Kota Empat Lawang). Kopi Curup
(Bengkulu), Kopi Mandailing (Mandailing Natal, Sumatera Utara) dan Kopi
Takengong yang cukup terkenal dengan sebutan Kopi Gayo (Takengong Aceh).
Penasarankan?
Yuk simak catatan perjalanan sahabat petualang
sejati bersama tim Terios 7 Wonders selama 15 hari!.
Management PT
Astra Daihatsu Motor, Amelia Tjandra (Marketing Director PT ADM), Elvina
Afny (Custamer Satisfaction & Value Chain Division Head) dan Rokky
Irvayandi ( Promotion Departement Head PT ADM) tepat pukul 10 pagi (10 Oktober)
tim Terios yang akan menjelajah bumi Andalas resmi dilepas.
Para Sahabat Petualang kali ini untuk menjelajah
Sumatera ditemani 3 unit Terios High –Grade ( 2TX bertransmisi matik dan TX
manual). Sebelum melakukan perjalanan lintas Sumatera ini Terios sebagai
sahabat petualang sejati benar-benar di cek kembali dalam segala hal di bengkel
resmi Daihatsu, persiapan untuk mengakomodasi barang bawaan tentu saja menjadi
prioritas juga. Deretan bangku ke 3 Terios menjadi tempat penyimpanan
barang-barang, betapa banyak perlengkapan yang harus dibawa saat itu. Terios pun
dilengkapi dengan roof box dan roof bag untuk penyimpanan barang ekstra, maklum
tim ekspedisi kali ini meliputi media cetak, elektronik hingga on-line.
Subuh, Tim Terios 7 Wonders tiba di Lampung setelah
melewati Bakauheni dan berhasil melewati hadangan truk dan bus lintas Sumatera.
Liwa,
Lampung (Kopi Liwa )
Sumatera Coffee Paradise, pertama yang menjadi target
kunjungan kali ini adalah Lampung. Sore hari baru semua tim tiba di Liwa. Para
sahabat petualang saat itu sudah bisa merasakan aura kopi saat berada di sana.
Warung kopi pun bisa ditemui disetiap sudut kota. Para Sahabat petualang pun
bisa menikmati pemandangan sepanjang jalan Liwa – Danau Ranau yang ditumbuhi oleh perkebunan kopi. Ternyata saat menjelajah rute Liwa – Danau Ranau ini,
jalanan menyempit dan menanjak. Tim ekspedisi tidak merasa khawatir, mesin
3VZ-VE cukup tangguh untuk menaklukan perbukitan hijau ini. Tak terasa tim
ekspedisi telah melakukan perjalanan sepanjang 525 kilometer dari Jakarta,
akhirnya semua beristirahat dipinggiran Danau Ranau sambil menikmati pemadangan
alamnya.
Tim Ekspedisi pertama kali berkunjungan ke Sentra
Pengolahan kopi KUD Karya Utama di Sipatahu. Ada dua kopi yang khas di sini,
yakni kopi Ginseng dan kopi Pinang yang menurut mereka sangat berpengaruh
sekali bagi kesehatan. Ternyata dalam pemprosesan kopi ini memerlukan suhu 190
derajat untuk menyangrai kopinya dalam oven. Hal ini bertujuan untuk memperoleh
kualitas dan warna yang diinginkan. Ginseng dan Pinang ditambahkan sesuai
kebutuhan saat kopi masuk ke oven. Itulah hasil percakapan tim dengan Muhammad
Khodis, petani sekaligus pengurus Koperasi.
Bagi para penikmat kopi, tahukan kopi Luwak?
Kali ini tim ekspedisi masih di sekitar Danau Ranau
bisa menyaksikan secara langsung Luwak atau Musang liar saat berada di sentra kopinya.
Tahukah kita, Luwak hanya memakan biji kopi yang berkwalitas saja. Biji kopi
yang merah dan tidak tenggelam saat direndam merupakan kopi yang terbaik
kwalitasnya. Kopi Luwak yang dinikmati itu adalah hasil pengambilan dari fases
yang berupa biji, sebelumnya biji kopi yang dimakan sudah mengalami fermentasi
dalam tubuh Luwak. Kemudian kopi diolah melalui pembersihan dan pengeringan
kembali. Kopi Luwak ini sangat dinikmati baik lokal maupun Mancanegara dengan kisaran
harga per 1 kilogram bisa mencapai 1,9 juta. Selajutnya tim ekspedisi
melanjutkan perjalanan ke Lahat.
Lahat (Kopi
Lahat)
Tim ekspedisi kali ini menuju Lahat menjelang pukul
20:00. Apa yang dipikiran Anda saat berada di sepanjang Lahat? Tentu saja
merasa khawatir karena citra Lahat yang kurang aman. Semua pikiran itu bisa
dipatahkan, citra buruk Lahat berubah setelah tim ekspedisi memasuki Lahat,
sepanjang Lahat infrastruktur jalanan dan penerangan lampu cukup bersahabat ini
mampu ditempuh dengan mudah oleh Terios yang bermesin 3VZ- VE 4 silinders.
Tiba
di Lahat tim ekspedisi disambut hangat oleh Bupati Lahat Haji Syaifudin Aswari
Riva’i beserta stafnya. Kopi pun menjadi teman terbaik dalam setiap perjalanan
ini. Sambil menikmati kopi, tim ekspedisi bisa melihat secara langsung cara pengolahan
kopi oleh penjualnya. Esok harinya tim ekspedisi pun mendatangi home industri
kopi traditional milik privantir. Cara olah kopinya setelah menyiapkan batok
kelapa utuk pembakaran ,proses barendang (sangrai) ini saat berada di sana
ternyata mengalami 2 kali sampai akhirnya kopi siap untuk disajikan. Zahari Cikman sang pemilik, memulai bisnisnya
tahun 1980.
Untuk menentukan kualitas kopi, katanya bisa
dilihat lewat kadar kering bijinya. Kopi di sini juga menerima pasokan dari
sentra perkebunan yang berasal dari Mula, Perangai, Gumai dan lainnya.
Pemasaranpun ternyata hingga ke luar Lahat seperti Rajabasa Palembang dan
lainnya.
Para petani kopi di sini sangat didukung oleh
Bupati dan Cikman dengan tujuan untuk mengembalikan kembali kejayaan kopi
Lahat.
Pagar Alam (Kopi pagar Alam)
Tim ekspedisi menjelang siang
melakukan perjalanan menuju Pagar Alam.
Lahat dan Pagar Alam hanya berjarak 48
kilometer. Pagar Alam telah memekarkan diri sudah 11 tahun yang sebelumnya
masuk ke wilayah Lahat. Kali ini tim ekspedisi mendapat tantangan, jalanan yang harus dilewati kali ini berkelok dan berbukit, tidak hanya itu Terios harus melewati
jalan bebatuan. Suspensi dari Terios bisa melewati semua itu dan
perjalananpun cukup aman.
Tim ekspedisi pun menyempatkan untuk menikmati kopi di kedai 88. Selesai menikmati
kopi selanjutnya tim ekspedisi menuju lereng gunung Dempo, dimana saat berada
di sana kopi menjadi salah satu komoditas andalan Pagar Alam. Saat berada di sana,
perkebunan tidak dalam keadaan panen, bukan berarti para petani kopi tidak
merawat dan menjaga pohonnya. Bila saat panen, ternyata 1 orang bisa memetik
sampai 5 keranjang. Kopi dipisahkan dari cangkang usai memetik.
Dalam memproses
100 kg hasil yang didapat hanya 60 kg dan sisanya bisa digunakan untuk pupuk sebagai
penyubur tanah, dikatakan Alpian kepada Tim ekspedisi. Santap siang tim
ekspedisi di rumah sang pemilik bertempat dipinggir sungai. Lokasinya tidak
mudah untuk dilalui, ketiga Terios lagi dan lagi mampu menaklikan semua medan
yang ada.
Kota Empat Lawang (Kopi Empat Lawang)
Kota Empat Lawang yang bertagline
Kawo Emass (Ekonomi maju, aman, sehat dan sejahtera ) ini mengandalkan kopi
sebagai komoditi andalan masyarakatnya. Sentra kopi begitu melekat saat tim
ekspedisi berada di sana. Lambang kabupaten sebagai logo ada biji kopinya dan
ciri khas batik dari sini berlatar belakang kopi yang dibuat oleh pemda
setempat. Asyik kan, citra kopi begitu melekat di sini. Kopi yang dihasilkan di
sini berjenis robusta dan arabika. Untuk memajukan masyarakat di sini selain
kopi ternyata ada juga kerajinan kayu yang berasa dari pohon kopi yang sudah
tidak lagi produktif yang bisa membantu perekonomian masyarakat setempat.
Bengkulu (Kopi Curup)
Para sahabat petualang dan tim
dalam setiap perjalanannya selalu mendapat ujian dengan jalan yang berkelok dan
menanjak, untungnya Daihatsu Terios telah melengkapinya dengan adanya Electronic
Power System (EPS) yang mempu melewati jalanan Pagar Alam-Kepahiang-Curup. EPS
ini memudahkan saat handling dan bermanuver, sehingga dalam menghadapi jalan
yang sama menuju kota Raflesia Arnoldi pun menjadi mudah. Tim ekspedisi saat
itu menyempatkan untuk mampir dikedai makan saat berada di sana yang didominasi
masyarakat Minang tapi tidak untuk kopinya. Selesai kongkow dan menyeruput kopi
tujuan perjalannya berikutnya ke
perkebunan dan sentra kopi Curup. Di Bengkulu ini kopi pun tersedia
dalam berbagai ukuran kemasan dengan merek Kipas dan Sri Rejeki yang
memproduksinya. Yulianti, pemilik kopi Kipas Curup kepada tim ekspedisi
berpesan semoga kopi Curup ini bisa lebih dikenal oleh publik di luar
pemasarannya ke Lahat, Lampung dan Padang.
Dalam menjelajah Bumi Andalas ini
sahabat petualang tak hanya menikmati berbagai kenikmatan kopi di setiap daerah
yang terlewati, Bengkulu juga mendapat bantuan dari program CSR (Coorporate
Social Responsbility) Daihatsu untuk menyambut perayaannya yang ke 105 Tahun.
Dalam acara pemberian CSR tersebut yang berpusat di Cabang Daihatsu jalan S Parman tak
lupa dihadiri juga oleh para pejabat Pemerintah Kota Bengkulu dan Daihatsu.
CSRpun diberikan kepada 5 posyandu dan UKM yang ada di sana antara lain; Anak
Bangsa, Mekar Sari, Damai Flamboyan dan Candra dan UMKMnya sendiri adalah
Tiara, Ikan Pais “Ibu Jumi”, Jepara Maju. Keripik Ikan EZ, dan kopi bubuk
Mandela.
Setelah usai semua program CSRnya di sini, Saat berada di Bengkulu tak
lupa sahabat petualang untuk mengunjungi
tempat-tempat bersejarah. Salah satunya mengunjungi tempat tinggal Ibu
Fatmawati Soekarno dan berkuliner juga. Senjutnya tim Terios 7 Wonders
melanjutkan perjalanan nya menuju Mandailing Natal Sumatera Utara.
Mandailing Natal (Kopi Mandailing)
Tim ekspedisi menuju Mandailing
Natal ini merupakan rute terpanjang yang saat itu menempuh jarak 628 kilometer.
Tentu saja rute yang panjang ini sangat melelahkan tim dan hampir seharian
melakukan perjalanan. Trek yang di tempuhpun sangat beragam tapi Terios mampu
menguji semua itu. Dengan adanya Groud Clearance yang tinggi khas SUV , ketiga
Terios ini melewati semua medan dengan mudah.
Ternyata dalam catatan sejarah di
Mandailing Natal ini, Bangsa Belanda dulunya telah menjejakan kaki dan
membawa kopi pada tahun 1699 hingga tahun 1978, kopi Mandailing ini dikenal di
Mancanegara.
Kopi yang dikembangkan di sini
ternyata berjenis Arabika, Kecamatan Pekantan ini adalah sentra kopi yang
dulunya dikembangkan oleh negeri kincir angin dan merupakan industri kopi yang pertama
di Bumi Andalas.
Tim ekspedisi pun singgah disebuah
kedai kopi, selain biar lebih dekat mengenal
kopi Mandailing, terlihat masyarakat di sana sedang bercengkrama sambil
menyeruput kopi, sambil berbincang baik obrolan ringan sampai ke obrolan hangat.
Perjalanan selanjutnya menuju
perkebunan rakyat, jalanan yang harus dilalui oleh sahabat petualang kali ini semi-offroad dalam menempuh perbukitan hijau.
Jarak yang ditempuh dari kedai kopi ke Perkebunan ini cukup jauh dan Teriospun
melaluinya dengan lancar dan aman.
Saat di Medan, tim Daihatsu
memberikan CSR kepada 2 Posyandu; Kenanga 1 dan Mawar XII. KUKMnya yang
mendapatkan CSR sendiri antara lain ; Wolken, Keripik Pisang Bu Nur, Keripik
Cap Merak, Berkat rahmat dan Sirup Markisa Brastagi Bee. Penyerahan CSR ini
diberikan di cabang Daihatsu jalan Sisingamangaraja No. 170 Medan. Selanjutnya
Terios 7 Wonders melakukan perjalanan menuju Takengong Aceh.
Takengong Aceh (Kopi Gayo)
Kota Aceh yang terkenal dengan kopi Takengongnya atau kopi Gayo ini dipengaruhi letak Geografis dan juga pemprosessnya yang secara detail sehingga menghasilkan cita rasa tersendiri bahkan keharumannya disukai sampai Mancanegara.
Takengong merupakan sentra kopi di Aceh, bukan hanya itu saja sepanjang jalan bisa terlihat kedai-kedai kopi yang ada di sana.
Dalam perjalanan menuju Takengong ini, lagi dan lagi Terios diuji ketangguhannya. Melalui rute Medan - Langsa - Bireun- Bener Meriah-Takengong , seperti biasa harus melalui jalanan berbukit dan berliku. Teriospun diuji keandalan suspensinya termasuk juga peredaman dan shock absorber baik depan maupun belakang. Tim 7 wonders dan sahabat petualang bersama Terios ternyata tidak hanya diuji sampai di situ, ternyata rute Oregon Takengong sendiri perjalanan harus offroad. Wow! Tim ekspedisi untuk melewati trek Oregon yang biasa digunakan "ajang" 4WD mampu dilibas oleh Terios yang berpenggerak 2WD saat itu, keren.
Perjalanan dengan trek yang sulit ternyata mampu dilewati oleh Terios sebagai sahabat petualang sejati dan semua terbayar sudah dengan menyaksikan pemandangan dan hamparan danau yang indah saat tiba di Takengong.
Di Takengong, kopi jenis Arabika yang sangat mendominasi. Kopi Gayo juga memasok gerai kopi dunia. Kunjungan sahabat petualang saat itu ke Ketiara di Takengong yang merupakan salah satu sentra kopi. Kopi Gayo benar-benar dijaga kualitasnya karena bisa menembus pasaran dunia antara lain Eropa dan Amerika.
Program CSR Daihatsu terakhir diberikan saat berada di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Tiga ekor sapi yang diserahkan di Masjid ini karena bertepatan dengan Idul Adha saat itu tanggal 25 Oktober.
Hewan kurban sebagai tanda Syukur dari segenap managemen Daihatsu Pusat dan daerah, sekaligus sebagai tanda simbolis dari 3 Terios yang sukses melakukan Petualangan Sumatera Cofee Paradise.
Perjalanan Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise harus diakhiri di pulau Weh Kabupaten Sabang Nangroe Aceh Darusallam.Di Titik Nol kilometer, Daihastsu (PT Astra Daihatsu Motor) menjadi APM pertama yang sukses menjejakan kaki di Ujung Negeri Serambi Mekkah. Lokasi titik nol kilometer Indonesia ini berada di Kawasan Hutan wisata Sabang tepatnya di desa Iboih Ujong Ba'u, Kecamatan Sukakarya, jarak tempuhnya kira-kira 5 Km dari Pantai Iboih.
ketiga Terios berhasil dan sukses menjelajah Sumatera Coffee Paradise dengan menempuh jarak hingga 3.657,1 Kilometer. Rasa syukur dan haru terasa juga saat mengikuti para sahabat petualang melakukan penjelajahan di Sumatera ini. Indoesia yang sangat indah ternyata kaya akan kekayaan alam ini. Indonesia dari Sabang sampai Merauke memiliki ciri khas masing-masing daerah mengenai cita rasa kopi khususnya. Indonesia menjadi urutan kedua setelah kopi Brazil, semoga di tahun berikutnya Indonesia bisa menduduki urutan pertama kopi di dunia dengan persaingan dua negara lainnya yakni Brazil dan Vietnam.
Sumber tulisan dan Foto : http://daihatsu.co.id/corporate/e-magazine