Tiba ditujuan saya tidak sendiri, bersama teman-teman Indonesia Corners saat itu mulai berdatangan satu persatu. Untuk mengenal Jakarta lebih dekat lagi tidak hanya menarik tuan rumahnya sendiri, rombongan kami saat itu ada yang dari Bandung juga Lampung.
Explore Jakarta kali ini yakni Balai Kota Jakarta & Jakarta Smart City, Kota Tua dan Monumen Nasional.
Langit mulai cerah, dan panasnya Jakarta mulai terasa saat perpindahan suhu dari luar ke dalam ruangan yang terasa dingin. Awal perjalanan pertama untuk mengexplore Jakarta Smart City.
JAKARTA SMART CITY
Jakarta Smart City, Pemda DKI Jakarta untuk memberikan layanan kepada publik agar bisa mengakses layanan tau keperluan masyarakat dengan menanfaatkan tekhnologi dan komunikasi yang ada. Jakarta Smart City yang masih satu area dengan Balai Kota Jakarta, cukup melangkahkan kaki ke samping gedung dan berjalan lurus kebelakang tepatnya di lantai 3 Blok B Gedung Balai Kota Jakarta. Saat menuju kesana kami bisa melihat tempat-tempat makanan seperti cafe yang diperuntukan untuk umum juga disaat dahaga dan lapar melanda.
Saat itu Daniel, salah seorang staf ahli yang sedang bertugas di Jakarta Smart City memberi penjelesasan kepada setiap rombongan yang datang berkujung. Dimana semua kegiatan mengenai kota Jakarta dapat melihat secara langsung melalui layar kaca. Jakarta Smart City (JSC) ini masyarakat bisa mengakes secara langsung apa yang sedang terjadi ditiap wilayah Jakarta atau untuk sekedar mengecek harga bahan pokok, kemacetan dan lain sebagainya. Tetmasuk juga pengaduan keluhan masyarakat terhadap payanan publik. Info lebih lanjut bisa diakses melalui Smarcity.jkt.co.id.
BALAI KOTA JAKARTA
Balai Kota Jakarta yang merupakan bangunan administratif tempat bekerjanya Gubernur dan wakilnya dalam menjalankan tugasnya masing-masing. Ternyata Balai Kota Jakarta yang kini menjadi salah satu Destinasi wisata Balai Kota sudah dibuka secara umum sejak tanggal 12 September 2015. Siapa saja bebas masuk ke tempat ini, tentunya dengan izin terlebih dahulu.
Dihari yang sama bukan hanya kami saja yang datang (sekitar 40 orang) , terlihat pengunjung-pengunjung lainnya, baik yang datang perorangan, bersama keluarga ataupun hanya untuk keperluan foto sesion saja. Semua bebas masuk mengakses terkecuali ruang kerja Gubernur dan wakilnya.
Inilah sebagian foto suasa saat berada di dalam Balai Kota Jakarta.
Tempat yang bisa kami kunjungi di Balai Kota Jakarta antara lain ; ruang tamu Gubernur, ruang rapat, Balairung dan ada ruang Gubernur, ini juga bisa dijadikan objek foto, dimana sisi kanan dan kiri pada dindingnya terdapat foto-foto Gubernur dari tahun ke tahun.
Tidak hanya itu saja kami juga bisa duduk-duduk di Pendopo dan duduk dirunag tunggu yang biasanya dipakai juga untuk bernarsis ria (baca; berfoto).
Sejauh mata memandang tampak dari luar ruangan hingga dalam semua tertata begitu rapi, tempat buang sampah saja disedikan diluar.Tapi sayangnya saat itu masih aja terlihat dikarpet satu botol minuman bekas tergeletak. Ruangan seasri itu dan kebersihannya terjaga masih saja dikotori oleh oknum yang membuang sampah sembarangan tergeletak begitu saja diatas karpet.
Untuk memotret dan explore tiap ruangan sambil menggambil gambar harus ada waktu khusus tersendiri kayanya, saat itu sudah cukup sih hanya tidak terexplor semuanya untuk ambil foto secara santai karena rombongan Jakarta Night Journey harus menuju Kota Tua dengan menggunakan bis tingkat yang kebetulan halte bisnya persis depan Balai Kota Jakarta.
KOTA TUA
Menuju Kota Tua dengan menggunakan bis tingkat dan sekaligus dapat penjelasan dari salah satu yang sedang bertugas menjadi guidenya. Berangkat ke Kota Tua melewati tempat-tempat yang punya sejarahnya dimasa lalu. Pertama terlewati adalah tugu patung kuda sebelum menuju Monas. Dibangun pada tahun 1987 oleh Ir. SOEKARNO.
Perjalanan saat itu padat merayap menuju kota. Jangan heran kalau Jakarta macet , apalagi hari Sabtu banyak pekerja libur dan banyak orang yang jalan-jalan juga. Bis merangkak maju susuri jalanan lewati Monumen Nasional, daerah Harmoni, Glodok, Stasiun Kota, Museum Bank Indonesia dan Museum Bank Mandiri dan lain-lain.
Dari penjelasan tour guide Harmoni itu ternyata dulunya adalah tempat pesta dansa para bangsawan-bangsawan zaman dulu yang ada di sana.
Baru tahu bahwa Glodok berasal dari bahasa sunda golodok (teras/halaman). Makin mendekat makun pelanlah laju kendaraan yang kami tumpangi, karena situasi macet takutnya untuk perjalanan ke Monas makin sore dan makin malam jadinya.
Sebelum waktu menunjukan pukul 17.00 WIB kami semua dipersilahkan mengexplore Kota Tua sebentar.
Di sini terlihat Museum Wayang, Museum Fatahillah, cafe Batavia, kantor Pos dan Giro dan lain sebagainya.
Suasana pengunjung saat itu cukup ramai sebanding dengan para pedagang asongan oleh-oleh Kota Tua saat awal memasuki wilayahnya. Sebenarnya sudah beberapa kali ke sini, tapi Kota Tua memang tiada matinya, ramai terus oleh pengunjung. Kini saatnya menuju Puncak Monas
PUNCAK MONUMEN NASIONAL
Sebelum pukul 17.00 WIB, rombongan Indonesia Corners akhirnya sampai juga di wilayah Monas.
Istirahat sebentar untum sholat dan makan sebelum menuju puncak Monas.
Tampak Monas dekat sekali tapi bila ditempuh dengan cara berjalan kaki sepertinya membutuhkan banyak air mineral yang harus diteguk. Untuk menuju puncak Monas telah disediakan kendaraannya tentu saja harus antri sesuai jalurnya masing-masing.
Mari kita nikmati Jakarta night journey kini. Akses menuju puncak Monas telah disediakan karcis diloket penjualan. Memasuki lorong terang, dan telah tersedia lift menuju puncak Monas. Kami dipersilahkan memasuki area per 10 orang saja. Diantar dalam lift oleh bapak yang sedang bertugas. Yeah lantai 22 akhirnya sampai juga!
Hembusan angin sangat kencang saat berada di puncak Monas. Berkelili g atas Monas, hanya satu foto yang tertarik untuk dibidik, yakni Mesjid Istiqlal dan gereja Katedral yang posisinya berdekatan.
Keseruan harus diakhiri karena kami pun harus bergantian dengan yang lain. Wow saat keluar Monas pun antusiaa warga menuju Puncaknya sangat besar. Di loket masih terlihat antrian panjang. Masyarakat cukup merogoh kocek sebesar IDR 20K (dewasa) dan IDR 10K (anak-anak).
Selamat menikmati puncak Monas!
Tulisan ini diikutsertakan dalam Jakarta Night Journey Blog Competition oleh Indonesia Corners
Tidak ada komentar:
Posting Komentar